Banjarnegara-sinnewsbara.com
Sumber berita : Taufiq Koordinator Petani peternak Muda Jateng-DIY. 21 April 2015.
Bismillahirrahmanirrahim .
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, yang telah menciptakan bumi sebagai hamparan dan menjadikan pertanian sebagai salah satu sumber rezeki terbaik bagi umat manusia. Shalawat dan salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, suri teladan yang sempurna dalam hidup yang berkecukupan dan berdaya.
HADAPAN KITA, KRISIS GLOBAL 2030
Saudaraku yang dirahmati Allah,
Dunia tengah bergerak menuju masa genting. Laporan berbagai lembaga dunia, termasuk FAO – Badan Pangan Dunia PBB, menyebutkan bahwa pada tahun 2030 akan terjadi krisis global. Krisis ini bukan sekadar narasi fiksi, tapi realita ilmiah yang didasarkan pada:
- Pertumbuhan jumlah penduduk dunia yang pesat,
- Perubahan iklim dan cuaca ekstrem akibat climate change,
- Alih fungsi lahan produktif menjadi kawasan industri dan pemukiman,
- Ketergantungan pangan terhadap impor dan rantai distribusi panjang,
- Kemandulan sistem pertanian modern yang meninggalkan prinsip keberlanjutan.
Kita tidak bisa lagi menutup mata. Tanda-tanda krisis sudah mulai terasa: harga bahan pokok melonjak, cuaca tak menentu, gagal panen terjadi di berbagai tempat, dan ketergantungan pangan umat pada pihak luar semakin parah.
SOLUSINYA, KEMBALI KE TANAH, KEMBALI KE FITRAH
Allah SWT telah menyiapkan solusi dalam Al-Qur’an dan teladan para nabi:
Pertanian Terpadu.
Konsep ini bukan sekadar strategi, tapi ibadah sosial, manifestasi nyata dari amar ma’ruf nahi munkar. Allah berfirman dalam QS. Al-A’raf: 96:
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi…”
Pertanian terpadu adalah bentuk takwa kolektif umat:
Menanam sayur untuk pangan lokal,
Memelihara ternak untuk pupuk dan gizi,
Mengolah limbah menjadi berkah,
Membudidayakan ikan untuk protein sehat,
Membuat pupuk sendiri, menciptakan benih sendiri, dan mengatur air sendiri.
MULAI DARI LAHAN 3×3 METER
Jangan menunggu besar. Mulailah dari yang kecil namun konsisten. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang kontinu meskipun sedikit.” (HR. Bukhari)
Mari kita mulai dari lahan sekecil 3×3 meter.
Tanamlah kangkung, bayam, atau sawi.
Peliharalah ayam kampung atau domba untuk pupuk.
Tanamlah waluh untuk cadangan karbohidrat.
Buat kolam kecil untuk lele atau nila.
Ini bukan hanya upaya bertahan hidup. Tapi ini adalah gerakan spiritual, jihad pangan, dan bentuk cinta terhadap bumi dan sesama.
GERAKAN UMAT, DARI INDIVIDU MENUJU KOMUNITAS
Gerakan ini harus dimulai dari rumah-rumah umat Islam.
Dari masjid, dari pesantren, dari lahan kosong wakaf, dari tanah desa.
Saling mendukung, saling berbagi ilmu, saling bertukar hasil.
Bayangkan jika setiap rumah Muslim memanfaatkan 3×3 meter lahannya. Dalam satu RT saja, bisa tercipta kemandirian pangan. Dalam satu desa, bisa lahir daulat pangan lokal. Dalam satu kabupaten, bisa tumbuh ekosistem ekonomi Islam yang kuat dan mandiri.
KESIMPULAN, GERAKAN PERTANIAN TERPADU ADALAH FARDHU KIFAYAH
Mari kita gerakkan pertanian terpadu sebagai bagian dari:
Ketaatan pada Allah,
Iman terhadap hari esok,
Ikhtiar membebaskan umat dari kelaparan dan ketergantungan,
Jalan menuju kemandirian dan keberkahan dunia akhirat.
Yakinlah, krisis bisa menjadi berkah—jika kita siap dengan iman dan aksi.
Wallahu a’lam bishawab.
Alhamdulillah barakallah
Kudus: 21/04/25